Mencontek Kuburkan Masa Depan

       
Banyak sekolah yang membenarkan mencontek  dengan alasan bahwa sesungguhnya sekolah hanya untuk mengejar nilai semata, bukan bagaimana seseorang mampu memahami materi pelajaran yang diberikan tanpa  diikat oleh embel-embel 'nilai'. Alasan ini memberi kebebasan bagi peserta didik untuk berekspresi, bebas mengeluarkan ide dengan cara pandang yang berbeda dalam menyikapi persoalan dalam pelajaran mereka. Mereka akan belajar sendiri untuk memahami sesuatu dengan belajar dari pengalaman-pengalaman mereka, dan tidak terbebani embel-embel nilai.


     
Mencontek adalah suatu bentuk kegiatan di sekolah yang kerap dilakukan oleh para murid dan mahasiswa (dinamakan mencontek karena kegiatan tersebut di sekolah). Mencontek juga merupakan suatu kegiatan mencuri atau juga memalsukan jawaban saat ulangan. Tidak dapat dipungkiri, mencontek memang satu-satu nya cara instan untuk mendapat nilai yang diinginkan siswa tersebut.  Tujuannya macam-macam, ada yang karena tidak paham pelajaran lalu mencontek, ada yang karena ingin selalu mendapat nilai sempurna lalu melakukan seg ala cara untuk mendapatkannya.
'Nilai' dengan embel-embel angka tersebut merupakan ukuran yang diberikan untuk memetakan sejauh mana seseorang memahami suatu persoalan dalam materi pelajaran yang dia terima. Sekolah sekarang memang telah digariskan hanya untuk mengetahui sesuatu masalah tanpa peduli sejauh mana hal itu terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi memang, sekolah saat ini sudah seperti hafalan saja tanpa menyentuh langsung pada realitas.
Banyak siswa mencontek karena tidak belajar namun ingin mendapat nilai yang baik, dan selain itu mereka juga mendapatkan tekanan dari para orang tua yang hanya menginginkan nilai tanpa suatu proses. Banyak siswa berpandangan bahwa mencontek itu dilarang bukan tidak boleh, sehingga banyak siswa yang menghalalkan kegiatan mencontek untuk meraih nilai yang mereka inginkan. “Hidup mereka itu seperti rutinitas yang hanya berujung pada hasil yang mereka inginkan, bukan mencari makna dari proses menuju hasil.”  
Begitu pula peran sekolah, tidak hanya mementingkan rating kembali lagi kepada proses. Keseringan mencontek menyebabkan hal tersebut menjadi candu. Para siswa menjadi malas belajar dan mengandalkan contekan atau cara-cara yang tidak jujur lainnya demi mendapatkan nilai bagus. Mereka menjadi tidak mempunyai daya juang, tidak hanya untuk belajar, namun untuk melakukan hal-hal yang lebih sederhana lainnya. Mereka jadinya ingin menyelesaikan hal-hal lain dengan cara instan dan menjadi tidak jujur dalam berbagai hal seperti mencuri uang orang tua, memalsukan atau menyalin tugas orang lain, dan perilaku buruk lainnya. Pada akhirnya, kecanduan   mencontek mengakibatkan para siswa untuk tidak mau mengakui perbuatannya bahkan semakin melawan dan semakin tidak jujur jika ada orang lain yang mencoba untuk memperbaiki sikapnya.
Kebiasaan mencontek akan menciptakan generasi-generasi yang instan, dan bahkan dapat memupuk cikal-bakal koruptor. Tentu saja, dengan adanya koruptor bangsa ini tidak akan pernah maju. Oleh karena itu musuh terbesar masyarakat terbesar adalah “para tikus berdasi” yang mementingkan kehausan akan harta dan kekuasaan. Disinilah peran guru dan masyarakat untuk mendukung siswa. Menciptakan kebiasaan jujur sejak dini, kemudian menciptakan pandangan “Mencontek itu tidak boleh bukan dilarang.”

           

0 Response to "Mencontek Kuburkan Masa Depan"

Posting Komentar

Contact / Privacy Policy / Disclaimer / Sitemap