Dari zaman ke zaman peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Begitu pula dalam Era Globalisasi, dimana teknologi komputer yang berkembang dengan pesat menggantikan sebagian pekerjaan manusia. Namun kedudukan guru tidak dapat digantikan dengan media lain. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru tetap diperlukan dalam keadaan apapun.
Proses Pembelajaran akan terjadi manakala terdapat interaksi atau hubungan timbal batik antara siswa dengan lingkungannya dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hubungan timbal balik ini merupakan syarat terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya tidak hanya menitikberatkan pada transfer of knowledge, akan juga transfer of value.
Transfer of knowledge dapat diperoleh siswa dari media-media belajar, seperti buku, majalah, museum, internet, guru, dan sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan siswa. Akan tetapi, Transfer of value hanya akan diperoleh siswa melalui guru yang menanamkan sikap dan nilai suatu materi dengan melibatkan segi-segi psikologis dari guru dan siswa. Penanaman sikap dan nilai yang melibatkan aspek-aspek psikologis inilah yang tidak dapat digantikan oleh media manapun. Dengan demikian guru adalah sarana yang mutlak adanya dalam proses pembelajaran siswa.
Guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai seorang pendidik tidak hanya tahu tentang materi yang akan diajarkan. Akan tetapi, ia pun harus memiliki kepribadian yang kuat yang menjadikannya sebagai panutan bagi para siswanya. Hal ini penting karena sebagai seorang pendidik, guru tidak hanya mengajarkan siswanya untuk mengetahui beberapa hal. Guru juga harus melatih keterampilan, sikap dan mental anak didik. Penanaman keterampilan, sikap dan mental ini tidak bisa sekedar asal tahu saja, tetapi harus dikuasai dan dipraktikkan siswa dalam kehidupan sehari-harinya.
Guru sebagai Pengajar
Peran guru sebagai pengajar, kadang diartikan sebagai menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam posisi ini, guru aktif menempatkan dirinya sebagai pelaku imposisi yaitu menuangkan materi ajar kepada siswa. Sedangkan di lain pihak, siswa secara pasif menerima materi pelajaran yang diberikan tersebut sehingga proses pengajaran bersifat monoton. Padahal, peran guru sebagai pengajar bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi masih banyak kegiatan lain yang harus dilakukan guru agar proses pengajaran mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
Persoalannya adalah ketika sang guru melalaikan dan tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya. Akibatnya, salah satu unsur penting dalam proses mengajar hilang yaitu pentingnya transfer of value. Sehingga murid saat ini hanya menjadi penghafal mutlak suatu pelajaran atau materi, Ia tidak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika hal ini terus berlanjut maka di dunia kerja para murid kesulitan melakukan praktek atau istilahnya “Paham Teori,Gagal Praktek”
Hal ini menjadi salah satu aspek yang perlu diubah dan direvisi dalam dunia pendidikan. “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan.” Kutip Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Indonesia. Inilah yang seharusnya pedoman dan pandangan guru di Indonesia dalam mengajar murid-muridnya di sekolah.
Banyak pandangan yang mengatakan “Gaji guru kecil” sehingga mayoritas berpikir bahwa “Menjadi seorang guru tidak menjamin masa depan.” Sehingga banyak orang yang tidak berminat menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang disebut guru. Pandangan inilah yang harus diubah. Para masyarakat harus berpikir maju dan kritis sehingga profesi “guru” tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Karena menjadi guru bukan suatu profesi melainkan suatu panggilan untuk berkarya bagi masyarakat.
Tapi semua saran,pendapat, revisi, perubahan akan percuma jika tidak didukung oleh pemerintah. Pemerintah memegang peran penting dalam hal ini. Sehingga para guru dapat memberikan pendidikan seutuhnya tanpa “embel-embel gaji yang kecil”.
0 Response to "Wahai Guru, Ciptakan Bangsa!"
Posting Komentar